Menjalani kehidupan ibarat sedang melakukan pendakian, sampai kita mencapai puncak tertinggi kehidupan, dan pada akhirnya kita akan sampai pada titik pemberhentian terakhir dalam kehidupan, yaitu kematian.
Begitu banyak yang kita lewati, ada kebahagian yang sering diisyaratkan dengan senyuman dan adapula kesedihan yang diiringi dengan tangisan. Semua silih berganti, bukan hanya kesuksesan yang kita dapatkan, namun ada juga kegagalan yang harus kita sikapi dengan kebijakan.

Hidup nyatanya bagaikan putaran roda yang tak hanya diam dalam sebuah titik. Semua memang ada waktunya. Ada waktu untuk kita tertawa, ada pula waktu kita untuk bersedih. Ada waktunya kita mengalami kegagalan, ada waktunya mendapatkan kesuksesan, yang terpenting bukan apa yang sedang kita alami dan rasakan, namun bagaimana kita menyikapi setiap putaran roda kehidupan.
Kita akan sampai pada titik dimana kebahagian bukan sekadar dilihat dari nilai yang dipandang banyak orang. Banyak harta, punya jabatan, punya kendaraan mewah, rumah yang megah dan segalanya melimpah. Itu semua bukan ukuran kebahagiaan, karena tidak sedikit orang yang sudah punya segalanya bahkan sangat kaya raya, tetapi masih belum menemukan arti bahagia. Namun sebaliknya, yang dilihat orang jauh dari kata kaya, karena semuanya serba sederhana, tapi kebahagiaan selalu melekat dalam hidupnya.
author/ Mukti Agung Wibowo, S.T., M.Si.Pada saat kita sampai di sebuah titik puncak kehidupan, kita akan menyadari bahwa yang kita dapatkan tidak akan ada artinya tanpa rasa bahagia yang menyelimuti. Semua akan terasa hampa, tidak berarti dan hanya menjadi tumpukan beban yang justru ingin kita singkirkan.
Kekayaan dan kemiskinan bukanlah jaminan kebahagiaan, karena keduanya adalah keadaan yang sebenarnya selalu ada celah untuk menemukan titik kebahagiaan. Menyalahkan takdir dan selalu mengeluh bukan jalan yang tepat untuk ditempuh, karena pasti tidak akan ada kebahagiaan yang kita temukan.
Buku ini akan mengantarkan Anda mencapai puncak kebahagiaan dengan apapun kodisi yang Anda alami saat ini. Nikmatilah setiap penggal kalimat yang tersaji dengan gaya bahasa yang ringan namun berisi untuk dinikmati. Jika ada untaian nasihat di buku ini, tak lain dan tak bukan merupakan nasihat untuk diri sendiri. Tidak bermaksud mengajari apalagi menggurui, hanya ingin sekadar berbagi motivasi dan inspirasi.
Apa Kata Mereka?
“Buku yang hadir di hadapan kita dan ditulis oleh Mas Mukti Agung Wibowo, Bupati Pemalang ini, sebenarnya merupakan resep agar kita bisa lebih baik dalam menjalani hari ini dan hari depan dibanding hari-hari yang telah kita lewati. Kata kunci, yang Mas Bupati sampaikan tergambar dari judul bukunya "Hidup Bahagia Jangan Ditunda."
Arsul Sani (Wakil Ketua MPR-RI / Anggota Komisi III DPR RI Periode 2019-2024)
”Ternyata banyak hal yang sebenarnya menunda datangnya rasa bahagia. Celakanya, kita justru sering tidak sadar telah melakukan kebiasaan itu. Penjelasan yang disodorkan Mas Mukti dalam buku ini jadi seperti anak panah yang menghujam kesadaran kita sedikit demi sedikit. Tentu sangat sayang jika kita tidak merampungkan setiap lembar perenungan ini. Selamat membaca dan menyebarkan ‘virus’ dari buku ini."
H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. (Gubernur Jawa Tengah)
“Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman penulis. Bukan sekadar buku teoretis pada umumnya. Buku yang menyuguhkan pembelajaran dengan bahasa yang renyah. Buku ini layak untuk Anda tuntaskan.”
dr. Prasetyo Widhi Buwono, Sp.PD-KHOM. (Wakil Ketua Umum IDI)
"Saya membacanya cukup menyentuh pada kehidupan seseorang yang mengalami hal tersebut, dan kita harus bisa memahami makna hidup yang ideal setelah mengenyam perjalanan yang penuh makna. Kesimpulanya, apapun yang dimiliki oleh diri kita, teruskan rasa bersyukur kepada Allah SWT."
Ludiyanto, S.H., M.H., M.M. (Advokat Spesialis HKI)
“Narasi yang dibangun dalam buku ‘Hidup Bahagia Jangan Ditunda’ sungguh merupakan rangkaian pengalaman dan pengamalan antara ilmu dan laku seorang Mukti Agung Wibowo, S.T., M.Si., yang hakikatnya sedang mendapat amanat mangku pusaraning adil, dalam kapasitas sebagai hamba Allah Subhanahu wata’ala yang dititah menjadi Bupati Kabupaten Pemalang dengan sesanti khas “Pancasila Kaloka Panduning Nagari” dan pralambang “Nyambung Watang Putung.”
Atmo Tan Sidik (Penerima Anugerah Kebudayaan KEMENDIKBUD RI 2014)
0 Reviews